Indonesia adalah Negara yang terdiri dari berbagai pulau. Sejarah Indonesia pun beragam dari jaman kerajaan hingga jaman kolonial. Kini sebuah kebudayaan dan peninggalan sejarah kembali ditemukan.
Candi jiwa merupakan candi terbesar di Indonesia dan bahkan lebih besar ketimbang candi Borobudur. Candi Jiwa merupakan sebuah candi yang belum lama terungkap dan masih dalam tahap penelitian. Usia Candi Jiwa bahkan lebih tua dari candi-candi besar yang ada di Indonesia.
Candi Jiwa terletak di Desa Segaran, Batujaya. Batujaya adalah sebuah desa di tepi Sungai Citarum, sekitar 20 km di sebelah barat laut kota Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Batujaya hanya 20 km dari Ujung Karawang tempat bermuaranya Sungai Citarum di Laut Jawa yang membentuk delta. Keberadaan sungai ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keadaan situs sekarang karena tanah di daerah ini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim kemarau ataupun pad musim hujan. Sekitar 25 km ke sebelah timur, terdapat kampung Cibuaya, sebuah kampung yang di kalangan para ahli arkeologi terkenal sebab di dalamnya terdapat situs Cibuaya yang menyingkapkan artefak-artefak penting pra-sejarah (Neolitikum) Jawa Barat dan Indonesia. Cibuaya terletak 5 km dari tepi pantai. Dulu, mungkin Batujaya dan Cibuaya terletak di tepi pantai, sedimentasi kuarter di wilayah ini sangat aktif. Luas situs Batujaya ini diperkirakan sekitar lima km2. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah pesawahan dan sebagian di dekat pemukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (pantai Ujung Karawang). Lokasi percandian ini jika ditempuh menggunakan kendaraan sendiri dan datang dari Jakarta, dapat dicapai dengan mengambil jalan Tol Cikampek. Keluar dari gerbang tol Karawang Barat dan mengambil jurusan Rengasdengklok. Selanjutnya mengambil jalan ke arah Batujaya di suatu persimpangan. Walaupun jika ditarik garis lurus hanya berjarak sekitar 50 km dari Jakarta, waktu tempuh dapat mencapi 3 jam karena kondisi jalan yang ada.
Situs Batujaya terletak di lokasi yang relatif berdekatan dengan Situs Cibuaya (sekitar 15 km di arah timur laut), yang merupakan peninggalan bangunan Hindu, dan situs temaun pra-Hindu “Kebudayaan Buni” yang diperkirakan berasal dari masa abad pertama Masehi. Kenyataan ini seakan-akan mendukung tulisan Fa Hsien yang menyatakan:”Di Ye-po-ti (Taruma, maksudnya Kerajaan Taruma) jarang ditemukan penganut Buddhisme, tetapi banyaj dijumpai brahmana dan orang-orang beragama kotor”.
Situs Batujaya pertama kali ditemukan oleh tim arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada tahun 1984. Semenjak awal penelitian dari tahun 1985 sampai dengan tahun 1999, ditemukan tidak kurang dari 13 situs di Desa Segaran dan 11 situs di Tegaljaya. Sehingga secara total ada 24 buah situs di kawasan ini. Semenjak awal penelitian dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 telah ditemukan 31 tapak situs sisa-sisa bangunan. Penamaan tapak-tapak itu mengikuti nama desa tempat suatu tapak berlokasi, seperti Segaran 1, Segaran 2, Telagajaya 1, Telagajaya 2, dan seterusnya.
Menurut informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa Percandian Buddha Kuno yang terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisaya. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.
Batujaya sekarang terletak di tengah hamparan sawah. Telah 22 tahun situs ini digali dan dipelajari para ahli arkeologi Indonesia dan mancanegara. Situs ini pertama kali diketahui tahun 1984, semula berupa bukit-bukit kecil di tengah sawah, penduduk setempat menyebutnya unur-unur (bukit-bukit kecil). Sekarang tak ada lagi bukit-bukit tetapi candi-candi hasil rekonstruksi dan lubang-lubang parit dan terbuka galian para arkeologis.
Hasan Djafar, ahli arkeologi UI, kepala tim penggalian situs Batujaya, menerangkan dengan runtut penemuan situs ini. Penggalian yang telah berlangsung selama 22 tahun ini telah menghasilkan banyak penemuan artefak: bongkah-bongkah bata merah yang kemudian bisa direkonstruksi menjadi candi-candi yang cukup besar, tembikar-tembikar, manik-manik, tablet-tablet tanah liat dan yang mengejutkan dan baru ditemukan tahun 2006 ini (terutama Juli 2006) adalah penemuan puluhan kerangka manusia yang masih utuh dari tengkorak sampai tapak kaki. Dua orang perempuan ahli arkeologi berkebangsaan Perancis dan Belanda khusus datang ke situs ini untuk mengekskavasi kerangka-kerangka di situs Batujaya, mengambil beberapa sampel tulang dan gigi dan akan melakukan penelitian DNA atas fosil tulang dan gigi guna mendapatkan data karakteristik ragawi yang lebih lengkap. Metode terbaru dalam arkeologi adalah bahwa pengambilan specimen fosil suatu ras manusia harus dilakukan oleh arkeologi dari ras yang berlainan. Mungkin, ini untuk menghindarkan kontaminasi saat mengambil sampel. Karena kerangka manusia di Batujaya diperkirakan dari ras Indonesia, yaitu Mongoloid, maka yang mengambil sampel adalah orang-orang dari ras Eropa (Kaukasoid). Penelitian lebih dari 20 tahun ini tentu telah menghasilkan beberapa kesimpulan sementara, yaitu:
1. Situs ini berumur di ambang pra-sejarah dan sejahrah Indonesia (abad ke-4 dan ke-5 Masehi, saat ini batas pra-sejarah dan sejarah Indonesia adalah tahun 400 Masehi).
2. Candi Batujaya terbuat dari bata merah dan mempunyai ciri-ciri candi Buddha
3. Tembikar dan manik-manik yang ditemukan adalah dari masa Neolitikum
4. votive tables (semacam meterai) dari tanah liat bakar bertuliskan tulis pendek dalam aksara Pallawa.
Implikasi penemuan situs Batujaya ini sangat penting bagi perkembangan kepurbakalaan Indonesia, Jawa khususnya. Situs di pinggir Citarum ini menunjukkan masyarakat purbakala Indonesia telah cukup terorganisasi dan siap untuk meningkatkan peradaban. Keberadaan candi meruntuhkan mitos bahwa di Jawa Barat tidak ada candi lain selain Candi Cangkuang (Candi Siwa) di Leles Garut. Candi Batujaya justru adalah candi yang paling tua di tanah Jawa yang berasal dari abad ke-4 atau ke-5. Juga, Candi Batujaya ini meruntuhkan mitos bahwa candi-candi yang berumur lebih muda lah yang dibangun dari bata merah setelah candi yang lebih tua dibangun dari batuan gunung (andesitik)(model candi Jawa Tengah ke Jawa Timur). Aksara di tablet-tablet tanah liat yang ditemukan di Batujaya sama dengan aksara yang dipakai pada prasasti-prasasti Tarumanegara yang ditemukan lebih tersebar di daerah Jawa Barat. Bagaimana hubungan Batujaya dengan Tarumanegara dan juga kerajaan-kerajaan Sunda sesudahnya (Galuh, Sunda, Pajajaran). Penaggalan absolut dan posisi stratigrafik situs Batujaya dan situs-situs lainnya di Jawa Barat akan menjawab hal ini. Bagaimana pula hubungannya dengan pengaruh pedagang-pedagang India beragama Hindu dan Buddha adalah persoalan tersendiri yang harus dijawab. Penggalian dan penelitian di Situs Batujaya masih terus berlangsung, analisis labolatorium atas sampel-sampel artefak dan fosil dari Batujaya masih terus dilakukan. Data hasil analisis DNA pada kerangka-kerangka manusia yang ditemukan di situs ini nanti akan mengungkapkan banyak fakta. Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama, kita akan dapat mendengar hasilnya. Situs Batujaya begitu pentingnya buat prasejarah dan awal sejarah Bangsa Indonesia. Dan, situs Batujaya menghadirkan artefak dan kerangka manusia yang begitu lengkapnya, tak pernah dalam sejarah arkeologi ditemukan artefak dan kerangka manusia pembuatnya dalam satu tempat secara sangat lengkap. Tetapi, penelitian arkeologi di situs Batujaya harus berdampingan dengan kepentingan ekonomi pesawahan Karawang sebagai lumbung padi nasional, dan rencana Pertamina dalam mengembangkan penemuan minyak di Pondok Tengah. Mungkin, tumpang-tindih lahan penelitian lahan dan kepentingan ekonomi kelak akan terjadi. Secara ekonomi, Situs Batujaya bisa saja dianggap tak menguntungkan, namun dilihat dari sudut kebutuhan memperkuat jati diri bangsa, maka sejarah bangsa yang jelas terbaca adalah sebuah modal pokok untuk berjati diri. Bangsa yang dihapus sejarahnya akan menjadi bangsa yang tidak percaya diri, yang dengan mudah akan dijadikan sasaran dominasi negara lain. Siapa tahu Situs Batujaya kelak mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang telah berbudaya tinggi sejak zaman pra-sejarah.
Lokasi Candi Jiwa dikelilingi oleh persawahan yang luas. Candi ini terbentuk dari batu bata merah dan berbentuk persegi. Menurut sumber, digunakannya batu bat adalah karena sukarnya mendapatkan batu andesit di sekitar candi. Tak jauh dari lokasi Candi Jiwa berada, terdapat Candi Blandongan.
Menurut warga setempat, keberadaan candi di daerah mereka merupakan suatu hal yang istimewa. Selain menjadi situs bersejarah, kehadiran candi tersebut dapat membawa peruntungan bagi masyarakat sekitar. Pada tanggal 31 Mei kemarin, Candi Jiwa menjadi lokasi diadakannya Trisuci Waisak 2553 BE / 2009 oleh umat Buddha.
Setidaknya sebuah peninggalan sejarah kembali hadir dan semoga kehadirannya tidak singkat ditelan jaman modern yang tengah menjamah masyarakat Indonesia kini. Situs dan peninggalan sejarah yang ditemukan mengingatkan kembali darimana negeri ini muncul dengan segala keberlakuannya.
0 comments:
Post a Comment